Kompas.com - Sudah bukan rahasia lagi, keinginan ibu hamil memang suka macam-macam. Mungkin di antara kita pun pernah mengalami hal tersebut, ya? Bahkan, tak jarang keinginan itu tak masuk akal. Misal, ingin menjitak kepala botak. Aduh!? Kita pun menyepakati bahwa hal tersebut wajar terjadi pada ibu hamil karena sedang masanya ngidam, begitu, kan, alasannya.
Menurut dr. Judi Januadi Endjun, Sp.OG, Sonologist, ngidam diartikan sebagai keinginan akan sesuatu, yang timbul secara tak terduga dan memiliki dorongan kuat untuk segera dipenuhi.
"Umumnya keinginan itu menyangkut makanan dan minuman. Namun bisa saja menyangkut sesuatu yang tak wajar dan dapat membahayakan ibu hamil." Misal, ngidam ingin makan tanah. Nah, sudah ketahuan, kan, apa bahayanya. Tanah dapat mengandung kuman-kuman penyakit (misal, toksoplasma) atau zat beracun (misal, limbah atau insektisida). "Bila hal tersebut terjadi, jangan tunda lagi segera hubungi dokter."
PenyebabWalau dunia kedokteran sudah berkembang pesat, penyebab ngidam tetaplah misteri. "Bisa saja karena tubuh kekurangan sejumlah nutrien atau zat gizi tertentu. Akibat kekurangan tersebut, otak akan mengeluarkan respon dan menimbulkan keinginan untuk mencukupi kekurangan zat gizi tersebut," papar Judi. Misal, bila wanita hamil kekurangan zat besi, maka bentuk ngidamnya dapat berupa keinginan makan makanan yang mengandung zat besi. "Namun bila kebutuhan zat gizinya terpenuhi, biasanya ngidamnya akan hilang."
Selain karena kekurangan nutrien tertentu, ngidam diduga keras terjadi karena ada perubahan kadar hormon pada wanita hamil. Keadaan ini sering terjadi bersamaan masa terjadinya mual dan muntah (emesis gravidarum) akibat hormon Human Chorionic Gonadothropine (HCG).
"HCG sedang tinggi-tingginya saat kehamilan 60 hari atau 2 bulan dan menurun dengan sendirinya setelah kehamilan 4 bulan ke atas. Makanya, saat itu mual-muntah akan hilang." Itu sebabnya, ngidam hanya bersifat sementara. Tapi, pada keadaan tertentu, bisa saja berlangsung selama 9 bulan. "Biasanya terjadi karena ada masalah psikologi."
Penyebab berikutnya, karena kekurangan makanan terutama pada mereka yang melakukan program diet ketat dan tak terkontrol. Rangsang bau pun sering menjadi penyebab. Misal, bau roti bakar, cokelat, atau bensin. "Hal ini dimungkinkan karena perubahan hormon. Akibatnya indra penciuman jadi sensitif."
Tak hanya itu, perubahan emosi pun bisa menjadi pemicu ngidam. Gangguan emosi sering terjadi pada lingkungan rumah yang tak baik (kumuh), penghasilan rendah (sosial ekonomi rendah), atau emosi yang labil. Bukankah orang hamil butuh ketenangan, suasana yang nyaman, istirahat cukup, dan makan makanan yang dia perlukan? "Nah, suasana kumuh tak membuat ia nyaman, kemudian makanan yang ia perlukan juga bisa jadi kurang, sehingga memicu timbulnya ngidam."
Cara mengatasiBila ibu mengalaminya, tentu jangan dibiarkan begitu saja. Apalagi jika hal-hal yang diinginkan di luar batas kewajaran atau bahkan membahayakan kesehatan ibu dan janin. Cara terbaik mengatasi ngidam, terang Judi, dengan mengganti makan makanan lainnya agar ibu tak memakan yang itu-itu saja. "Ya, kalau ngidamnya makanan yang 4 sehat 5 sempurna, sih, tak masalah. Nah, kalau ngidamnya makanan yang tak bergizi, bagaimana ia bisa memenuhi zat gizi yang dibutuhkan bagi dirinya dan janin?" Misal, keinginan makan permen cokelat dapat diganti dengan minum susu cokelat. Yang penting makanan mengandung unsur-unsur seimbang (4 sehat 5 sempurna).
Cara kedua, tetaplah makan makanan yang diinginkan, tapi jumlahnya secara bertahap dikurangi. Misal, ingin makan es krim satu liter dapat diganti dengan satu cup kecil es krim. Dengan demikian, ibu tetap bisa memperoleh makanan yang diinginkannya, tapi juga tak mengabaikan makanan lain yang harus tetap dikonsumsinya untuk terpenuhinya zat-zat gizi. Sebaliknya, ibu jangan terlalu menolak/membatasi makanan tertentu karena bisa mengakibatkan kekurangan zat gizi tertentu yang mungkin akan membahayakan ibu dan janin.
Tak kalah penting, kendalikan emosi. "Segera cari faktor penyebab dan atasi." Bila tak dapat diatasi sendiri, lakukan konsultasi untuk konseling atau psikoterapi. Sebab, semakin bermasalah faktor emosinya, biasanya semakin sering ngidam.
Tak perlu takut ngilerMitos bahwa ibu-ibu yang tak keturutan saat ngidam nanti bayinya akan ngiler, hal ini dibantah baik Enny maupun Judi. "Bayi, mana, sih, yang saat lahir tidak ngiler? Semua bayi, toh, akan ngiler," tukas Enny.
Tapi tentu tidak tepat jika keinginan ngidam selalu dikaitkan dengan bayi. "Bayinya tak apa-apa, kok, kecuali kalau memang ngidamnya karena kekurangan zat-zat tertentu dan zat-zat ini tak terpenuhi selama kehamilan, maka memang akan berdampak ke janinnya. Misal, janinnya mengalami malnutrisi," tutur Judi.
Jadi, Bu, tak usah takut, bayinya jadi ngiler, ya?
BacaSelengkapnya...